HUT ke-57 Bengkulu: Kehadiran Senator Hanya Satu, Ada Pertanda Apa?

Gambar: HUT ke-57 Bengkulu: Kehadiran Senator Hanya Satu, Ada Pertanda Apa?.

TNews, BENGKULU – Upacara Hari Ulang Tahun ke-57 Provinsi Bengkulu, Selasa (18/11), menyisakan tanda tanya. Dari empat senator DPD RI asal Bengkulu—yang selama ini tampil bersama dalam berbagai publikasi resmi dan foto formasi sebagai representasi daerah di Senayan—hanya apt. Destita Khairilisani yang hadir di halaman Kantor Gubernur Bengkulu.

Dalam foto resmi keempat senator yang selama ini beredar di kanal DPD maupun media, mereka tampil berdampingan sebagai satu kesatuan wakil Bengkulu: seorang ketua DPD RI dan tiga anggota. Formasi itu mencerminkan representasi politik daerah yang semestinya solid, apalagi dalam momentum penting seperti HUT Provinsi.

Namun di lapangan, gambar kebersamaan itu tak terwujud.
Tiga kursi senator lainnya kosong.

Ketidakhadiran Sultan B. Najamudin, Leni Haryati John Latief, dan Elisa Ermasari ini memantik pertanyaan publik. Tidak ada penjelasan resmi mengenai alasan absensi mereka, sementara protokoler pemerintah provinsi juga tidak memberi klarifikasi.

Sementara itu, Destita—satu-satunya senator yang hadir—menyampaikan ucapan selamat kepada masyarakat Bengkulu. “Selamat Ulang Tahun Provinsi Bengkulu ke-57. Dengan semangat merah putih, bersama Bantu Rakyat, wujudkan Bengkulu lebih maju dan sejahtera,” ucapnya.

Upacara berlangsung di halaman Kantor Gubernur Bengkulu dengan Helmi Hasan bertindak sebagai inspektur. Dalam amanatnya, ia menekankan bahwa tema tahun ini—“Dengan Semangat Merah Putih Bersama Bantu Rakyat”—seharusnya menjadi energi kolektif untuk bekerja serempak. “Pengabdian tulus tidak dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi saja, tetapi harus melibatkan seluruh jajaran pemerintahan dan masyarakat,” ujar Helmi.

Namun pesan kebersamaan itu justru kontras dengan absennya wakil-wakil Bengkulu di DPD.
Apakah ini sekadar masalah jadwal, atau petunjuk adanya disharmoni antara senator dan pemprov?

Di tengah berbagai isu Bengkulu—mulai dari tata ruang, konflik agraria, hingga tingginya angka kemiskinan—absennya tiga dari empat senator pada momentum simbolis provinsi ini terasa jauh lebih besar daripada sekadar ketidakhadiran seremonial.

Kehadiran satu senator dan absennya tiga lainnya pada ulang tahun provinsi yang ke-57 bukan hanya statistik. Ia adalah pesan politik yang, disadari atau tidak, terbaca publik.*

Oleh: Freddy Watania

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *